Selasa, 30 Oktober 2012

Pengalihan Isu atau bagaimana?

Inilah Pembicaraan Empat Mata SBY & Dahlan
HeadlineINILAH.COM, Jakarta - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dipanggil mendadak oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pertemuan digelar tertutup di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/10/2012) siang. Pertemuan berlangsung sekitar 30 menit membahas soal BUMN. "Pertemuan empat mata, soal BUMN, ada banyak hal lagi yang dibicarakan," ujar Dahlan usai pertemuan.

Pertemuan juga membahas tentang kongkalikong di Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, tidak membicarakan isu inefisiensi di Perusahaan Listrik Nasional. "Enggak," ucap Dahlan.

Dahlan sedang dalam sorotan DPR. Diduga penyewaan genset untuk kebutuhan listrik nasional saat Dahlan menjadi Direktur Utama PLN, buang-buang duit. Duit triliunan rupiah untuk menyewa genset dari China dinilai kalangan DPR sebagai bentuk pemborosan karena uang dengan jumlah tersebut bisa membangun pembangkit listrik.

Saat diipanggil oleh DPR, ia tidak datang karena memilih menghadiri acara Presiden. Kemudian, ia mengadu ke Sekretaris Kabinet Dipo Alam soal dugaan oknum anggota DPR yang meminta jatah ke BUMN. Dipo akhirnya mengeluarkan surat edaran mengenai hal tersebut agar seluruh kementerian berhati-hati.

Dahlan siap menghadapi DPR. Ia beralasan penyewaan genset adalah cara untuk mengatasi kebutuhan listrik nasional saat ini. Untuk membangun pembangkit listrik membutuhkan waktu lama sekitar tiga tahun. Ia juga tidak sedang mengalihkan isu dengan melapor dugaan pemerasan oknum DPR ke Dipo.

Kapan negeri Ini bisa keluar dari ombak sunami?

Kejari Bengkalis Periksa 14 Saksi dan Dalami Alat Bukti

Penyelidikan terhadap dugaan korupsi mulit media di Dinas Pendidikan Bengkalis terus berlanjut. Jaksa telah memeriksa 14 saksi dan sedang mendalami sejumlah bukti.

Riauterkini-BENGKALIS- Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkalis terus mendalami alat-alat bukti, dan telah melakukan pemeriksaan 14 saksi-saksi, terkait adanya dugaan tindak pidana korupsi atau markup proyek pengadaan sistem pembelajaran Multi Media IPA SD/MI, Fisika SMP/MTs, Fisika SMA/MA pada Dinas Pendidikan Nasional (Disdiknas) Pemuda dan Olahraga Tahun Anggaran (TA) 2005 silam, senilai Rp 4.028.001.000.

“Terkait adanya dugaan penyimpangan proyek Multi Media ini, kita terus mendalami alat-alat bukti dan saksi yang sudah kita periksa sebanyak 14 orang. Agar lebih jelas tindak pidananya dan siapa nanti tersangkanya,” ungkap Kepala Kejari Bengkalis Mukhlis melalui Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Arjuna Meghanada, kepada riauterkini.com di ruang kerjanya, Senin (29/10/12).

Ditambahkan Arjuna, pendalaman terhadap alat bukti dan pemeriksaan saksi-saksi ini juga untuk mengetahui aliran dana yang diduga menyimpang, dengan adanya proyek pengadaan Multi Media tersebut.

Informasi tambahan, pengadaan perangkat Multi Media ini diduga tidak sesuai dengan mekanisme proses pengadaan, sebagaimana Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 80/2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Indikasi yang ditemukan adalah adanya selisih harga, dalam dokumen penawaran dengan spesifikasi Compact Disk (CD) yang diserahkan oleh rekanan atas nama PT. SRA ke Disdiknas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis TA 2005 silam.

Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Riau Nomor : LHHI-354/PW04/5/2010 tertanggal 29 Desember 2010. Anggaran pengadaan sistem pembelajaran Multi Media itu, ditemukan adanya dugaan penyimpangan penggunaan anggaran, mengakibatkan kerugian keuangan negara/daerah sebesar Rp 2.519.493.702.

Adanya indikasi tindak pidana korupsi pengadaan proyek Multi Media ini, sejumlah elemen masyarakat di Bengkalis juga meminta agar Kejari Bengkalis segera menuntaskan kasus dugaan penyimpangan yang luar biasa besar tersebut

Senin, 29 Oktober 2012

Prof. Abdussalam peraih Nobel Fisika


Mengenang Abdus Salam, Pemenang Nobel Bidang Fisika 1979
Kaum muslim layak berbangga atas prestasinya. Ia telah mengguncang dunia dengan teori fisikanya. Ia juga telah mengangkat harga diri masyarakat Islam dan dunia ketiga. Meski di negerinya sendiri ditelantarkan, ia tak kecil hati. Dunia fisika terus ia geluti. Dunia sosial tak lupa ia cicipi. Ia bukanlah tipe intelektual yang tinggi hati. Kerja kerasnya berbuah. Ia berhasil menciptakan teori yang membuat orang terperangah. Penghargaan Nobel Fisika pun ia terima sebagai anugerah. Dialah muslim pertama peraih Nobel Fisika sepanjang sejarah.
Sosok fenomenal itu bernama Abdus Salam. Ia dilahirkan pada 29 Januari 1926, di Jhang, Pakistan. Ayahnya, Hazrat Mohammad Hussein, adalah seorang pegawai Dinas Pendidikan. Keluarganya dikenal alim dan saleh. Sejak kecil, Salam diajar dalam tradisi pendidikan yang kuat. Ia dikenal cerdas dan cepat mengingat. Suatu ketika, Hussein pernah bermimpi. Ia melihat Salam menaiki pohon yang sangat tinggi. Ketiga ditegur, Salam meyakinkan: “Don’t worry”. Ia terus naik sampai tak kelihatan lagi. Hal ini nampaknya menjadi tanda. Salam mempunyai kemampuan yang luar biasa.
Dan demikianlah adanya. Hampir tiap malam, ibunya membacakan doa kepada salam dan saudaranya. Suatu ketika, ia diinterupsi Salam. Salam mengatakan, ia sudah tahu dan hafal. Tak perlu baginya diulang-ulang. Akhirnya, ibunya sadar. Salam mempunyai kemampuan fenomenal. Salam dengan mudah dan tepat menghafal keseluruhan surat al-Quran.
Ia masuk sekolah dasar di Jhang dalam usia 6 tahun. Namun, sungguh mencengangkan. Ketika dites, Salam menunjukkan kecerdasan yang tak diragukan. Kepala Sekolah pun langsung menyuruhnya masuk kelas empat. Di sini, Salam tak menemukan kendala berat. Meski dicampur dengan siswa yang lebih tua darinya, ia tetap mengkilat. Atas keajaiban anak ini, Hazrat Hussein yakin, sekolah lokal tidak akan cukup menampungnya. Ayahanda Salam pun berusaha sekuat tenaga untuk mengirim Salam ke sekolah negeri yang lebih mumpuni.
Sebab itu, Salam dikirim ke Lahore, 1938. Kota ini terkenal karena mahakarya di bidang arsitektur Muslim abad pertengahan. Di sana, Salam banyak belajar dan menemukan hal baru yang tak ada di desanya. Lampu listrik adalah contohnya. Ia sangat kagum atas hal ini. Ia pun bertekad belajar giat.
Di Lahore, kembali kecerdasan Salam terdeteksi. Salam mengikuti ujian matrikulasi di Punjab University. Ia lulus dengan pujian pada 1946. Salam tercatat sebagai siswa dengan nilai teratas dalam segala mata ujian. Atas prestasinya itu, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Cambridge University, Inggris. Pada 1949, ia memperoleh gelar MA dengan pujian tertinggi di bidang matematika dan fisika.
Semenjak itu, cendekiawan muda ini sibuk dengan penelitian awal dalam bidang Fisika Kuantum di Laboratorium Cavendish yang terkenal. Laboratorium ini telah banyak menghasilkan lusinan peraih Nobel. Di Cavendish, Salam meneliti berbagai fenomena dan proses alamiah seperti pembelahan nukleus, formasi bintang- bintang neutron, pembentukan komposisi kimiawi dan struktur dari spiral DNA, cara kerja transistor semi konduktor, laser dan sebagainya.
Pada 1950, ia memperoleh peng­hargaan Smith’s Prize dari Cambridge University atas tesisnya tentang elek­trodinamika kuantum. Tesisnya dianggap telah memberikan kontribusi besar dalam bidang fisika. Dia juga berhasil menyabet gelar PhD dalam bidang fisika teori pada saat yang sama. Tesisnya dipublikasikan pada 1951. Serta-merta, tesis itu mengangkatnya menuju belan­tara intelektual internasional. Ia pun menjadi fokus perhatian seluruh komunitas fisika dunia. Untuk itu, ia memperoleh berbagai penawaran menggiurkan di Eropa.
Namun, Salam memilih kembali ke negerinya. Ia mengajar matematika di Government College, Lahore. Setahun kemudian, ia dilantik menjadi Ketua Departemen Matematika di Punjab University. Ia bermaksud mendirikan sekolah riset bagi para ahli fisika di Pakistan. Namun, ia sadar, hal itu tak mungkin dilakukan. Tidak ada tradisi kerja dan riset pascasarjana di situ. Jurnal tak punya. Kesempatan menghadiri konferensi internasional pun tak ada. Malah, ia dituduh hendak membangun hotel berbintang lima bagi para ilmuwan di sana. Kepala institusi tempat Salam bekerja juga tak berdaya. Meski tahu bahwa Salam sudah mengerjakan sejumlah riset yang luar biasa, Kepala tersebut justru menganjurkan untuk melupakan obsesinya.
Salam bertahan di Lahore selama tiga tahun. Namun, kondisi yang tak kondusif meyakinkannya bahwa di Pakistan, saat itu, sangat tidak mendukung riset-riset fisika. Akhirnya, dengan berat hati, Salam meninggalkan Pakistan pada 1954. Ia menerima tawaran mengajar dan riset di Cambridge University. Di situ, ia menemukan kembali dunianya yang hilang. Ia kembali bergelut dan bercinta dengan fisika. Tiga tahun kemudian, tepatnya 1957, Salam dilantik sebagai Profesor Fisika Teori di Imperial College, London. Sejak itu, secara aktif, ia meretas jalan ke riset berbagai bidang fisika modern. Studi yang dilakukannya mendapat penghargaan berbagai premium internasional.
Meski hasrat intelektualnya telah tersalurkan, Salam tak tinggal diam. Kegundahan atas kondisi Pakistan dan masyarakat dunia ketiga umumnya, terus menggelayutinya. Ia pun berpikir keras untuk membantu mereka. Sebab, tak mungkin muncul penemuan penting ketika tak ada fasilitas yang mendukung. Para peneliti di sana pun tak akan berkembang. Jauh ketinggalan dengan para peneliti di Eropa dan negara maju lainnya. Ia pun bermaksud mendirikan lembaga internasional yang akan mewadahi intelektual berbakat dari dunia ketiga tanpa harus meninggalkan negerinya sendiri seperti dialami Salam.
Karena itu, Salam mendesak kolega-koleganya di Eropa dan Amerika untuk mendirikan lembaga seperti yang diimpikannya. Atas bantuan PBB, khususnya Lembaga Energi Atom Internasional, pemerintah Italia dan SIDA (Swedish Agency for International Development) didirikanlah ICPT (International Centre for Theoritical Physics) di Trieste, Italia pada 1964. Salam sendiri ditunjuk sebagai direkturnya. Pendirian ICTP itu, menurut Herwing Schopper, presiden Masyarakat Fisika Eropa, merupakan salah satu pencapaian terbesar abad ke-20.
Satu obsesinya telah tercapai. Praktis, semenjak itu ia tenggelam dalam penelitian. Secara tekun, Salam mulai mempelajari hukum dasar dari elektromagnetisme yang pertama kali ditemukan oleh Faraday dan Maxwell, lama sebelumnya. Salam menggeluti masalah interaksi tiga daya kekuatan elektromagnetik, daya lemah dan daya kuat dari nuklir. Untuk itu, Salam harus ‘membantah’ salah satu postulat fisika nuklir modern yang diterima umum tentang kekuatan dan ketidakterbaginya proton yang merupakan komponen utama dari nukleus nuklir. Hasilnya, Salam mengajukan suatu hipotesa yang berani. Menurutnya, proton (yang menyimpan kekuatan nukleus dari sebuah atom) bisa saja mengalami disintegrasi. Hanya saja, durasi peluruhan proton ini memerlukan periode waktu yang astronomis, yakni 1032 tahun.
Dari situ, Salam berhasil membuat gambaran konstruksi dari suatu teori yang menggabungkan elektromagnetisme dengan interaksi lemah dari partikel nuklir yang terkenal dengan “Grand Unification Theory”. Albert Einstein sendiri yang dikenal sebagai “Nabi” Fisika tak berhasil menciptakan teori tersebut sepanjang hidupnya. Ialah orang pertama yang memprediksi decay (peluruhan) dalam rangkaian interaksi nuklir lemah. Muncullah istilah baru yaitu ‘Electroweak’ (lemah elektro) dalam dunia fisika nuklir. Atas penemuan besar ini, Salam berhak atas Nobel Fisika pada 1979.
Konon, penemuan grand unification theory itu terinspirasi dari keyakinan Salam bahwa segala sesuatu terpancar dari satu sumber, yakni Tuhan. Maklum, Salam adalah agamawan taat. Dalam tiap kesempatan, ia selalu berujar, al Qur’an telah menyediakan segala-galanya untuk eksplorasi alam. ‘’Al Quran membimbing kita dalam memahami seluruh hukum alam ciptaan Allah,’’ tulisnya. Karena itu, pada saat penghargaan Nobel, Salam mentilawahkan beberapa ayat dari al-Quran dalam pidatonya di aula Nobel Hall. Inilah pertama kalinya dalam sejarah, di aula itu, diperdengarkan ayat-ayat al-Quran.
Sebelum meraih Nobel, berbagai penghargaan telah disabet Salam atas prestasi fisikanya. Pada 1971, secara aklamasi, ia terpilih sebagai anggota dari USSR Academy of Science. Pada tahun yang sama, ia juga berhak atas hadiah Premium Robert Oppenheimer. Ia juga berhasil merebut medali Einstein (UNESCO, Paris) dan Birla Premium (India).
Berbagai penghargaan itu terasa wajar karena prestasi Salam yang sangat luar biasa. Namun, Nobel tak menghentikannya untuk terus berkiprah. Pada 1983, ia memperoleh penghargaan Lomonosov Gold Medal yang merupakan penghargaan tertinggi dari USSR Academy of Science. Pada tahun itu juga, Salam mendirikan dan menjadi presiden The Third World Academy of Sciences, dan presiden pertama The Third World Network of Scientific Organizations (1988).
Sebagai wujud kepedulian atas carut marut kondisi dunia, Profesor Abdus Salam turut mengambil bagian dalam sebuah konferensi internasional di Moskow mengenai pengurangan senjata nuklir pada 1987. Di konferensi itu, secara tegas, ia mendukung larangan penggunaan senjata pemusnah massal. Ia selalu menghimbau komunitas dunia agar memanfaatkan potensi studi tenaga nuklir hanya untuk tujuan damai dan konstruktif saja.
Berbagai pujian dan penghargaan terus mengucur. Tahun 1992, rektor dari St Petersburg University secara khusus berkunjung ke Trieste, Italia, untuk menyampaikan Diploma Honorer Doctor of Science dari universitas tersebut kepada Profesor Salam. Di tahun 1995, setahun sebelum meninggal, ia mendapat penghargaan Maxwell di Inggris serta medali emas yang diberikan oleh Akademi Pekerja Kreatif Rusia.
Semasa hidupnya, Abdus Salam telah menghasilkan banyak karya. Salam telah menulis berpuluh-puluh buku dan monograf ilmiah. Ia juga menulis lebih dari tiga ratus artikel mengenai problema paling kompleks dari fisika nuklir serta permasalahan aktual mengenai persiapan ilmuwan muda di negara-negara berkembang. Atas dedikasinya, ia ditunjuk sebagai anggota dari sekitar 50 lembaga ilmiah akademisi, di samping beberapa asosiasi ilmiah dunia. Ia mendapat 20 penghargaan internasional dan medali emas di bidang fisika. Termasuk Nobel Prize itu sendiri. Sedikit sekali ahli fisika di abad duapuluh yang pernah menerima penghargaan dan pengakuan dunia sebagaimana Salam. Di antaranya adalah Albert Einstein, Ernest Rutherford dan Niles Bore.
Salam meninggal pada 20 November 1996 di Oxford, Inggris di usia 70 tahun. Ia dimakamkan di tanah air yang teramat dicintanya. Atas prestasinya, dunia pantas merugi. Sebab, Abdus Salam hanya hidup sekali. Pretasi Salam memang layak dibanggakan. Ia telah mendedikasikan dirinya untuk fisika dan kemanusiaan. Rasanya, semua penghargaan layak diterimanya. Ia berhasil mengangkat prestasi kaum muslim yang lama tenggelam.

Minggu, 28 Oktober 2012

surgaku entah dimana


retak bingkisan awan di atas langit itu membumbung di atas kepalaku, seakan guyuran hujan akan jatuh tanpa terhenti. saat itu, seorang anak sedang mengeksplorasi kehidupan yang memahamkannya tentang hidup. seiring rintik-rintik hujan terus berjatuhan, dia tertatih berjalan menuju singgasana gubuk yang tiada apa-apa. dia terus berjalan menyusuri setiap ruang jalan yang ada. wajahnya tertutup air yang seakan tak memberinya ruang untuk bernafas. koran-koran yang dia bawapun basah tanpa sisa. "hari ini, sungguh sulit untukku melangkah" ungkapnya dalam hati.

guyuran hujan menuju gubuk peristirahatan
hujan semakin deras mengguyur gubuk tua itu. tiba-tiba kesetan suara sandal terdengar. lalu, terdengan sapaan "siapa...? siapa di luar sana...?" suara dengan kerikil ketakutan itu sontak membuat anak yang dari kecil dipanggil rian itu bergegas masuk "aku, aku bunda. maaf bunda hari ini aku blum bsa bawa uang sma skali" tangis sambil menghela nafas. sang ibu dengan spontan memeluknya, mengajaknya masuk ke dalam. jerutan kekesalan dalam hatinya terlihat dalam sekian jerutan dahinya yang dia tampakkan. sang ibu mempersilahkan dia duduk di ruang tamu yang hanya berisikan dua kursi yang tak layak dipake. " nak, duduk sini!" sapa sang bunda. dengan tutupan dan tatapan kepala menghujat bumi, dia menuju sang bunda "ada apa bun....?"belum sempat bilang bunda, sang bunda serentak memutus ucapannya "sini duduk nak! ada hal penting yang ingin bunda ceritakan" dengan segera rian pun duduk. wajah yang polos dengan kekesalan karena tak bisa membawa apa-apa di atas deraian panas, kucuran keringat, pekaknya suara.


rentetan-rentetan kerikil-kerikil hujan mulai terdengar berhenti. sang bunda bertanya "Nak.., coba kamu lihat hujan!"  "emang kenapa bunda? kok harus lihat hujan segala?" penasaran sontak dia bertanya. "tadi, di perjalanan kamu lihat air menetes deras?" dengan nada tanya yang sedikit membuat penasaran si rian. rianpun menjawab " ya bunda, hujannya tadi deras sekali. aku gak sempat berteduh tadi karena koran koran yang aku bawa terguyur hujun. jadi, sekalian aja aku terus jalan.". serentak sang bunda lanjut berbicara "Nak, andaikan kamu bisa melihat makna dari sekian tetesan itu. kamu akan mengerti seberapa Tuhan memberi kita kemurahan nikmat. Bunda tahu kamu sedih karena koran-koranmu terguyur hujan tapi coba kamu perhatikan hujan dari mulai langit terang, muncul awan, turun rintik-rintik hujan dan akhirnya deras" nada pelan nan lembut itu masih membuat anak itu ingin bertanya "terus bunda aku harus bagaimana? aku sedih bun. hari ini, aku gak bisa bawa apa-apa buat bunda" sautnya dengan raut wajah yang gelisah dan lekukan kerutan di dahinya. " saat tertentu, air hujan deras. Namun, saat tertentu pula ia bisa berhenti layaknya hidup ini. jika hari ini, kamu belum bisa dapat hasil dari jerih payahmu bukan berarti tak akan dapatkan seterusnya. Esok masih ada kesempatan untuk berjuang. seseorang yang besar tak akan mati hanya karena ombak yang besar, ingat itu!" senyum sang ibu membawanya pada ketenangan dan diapun tersadar esok masih ada hari. hujan terdengar berhenti, kesunyian dan kesenyapan seakan menjadi aroma dunia saat gelap mulai pula datang.

menit demi menit berlalu, jam-jampun sudah terlewatkan, panggilan kumandang suara menggelegar dari ruas-ruas jalan di sebelah timur rumahnya memanggilnya tuk segera beranjak dari rumah menghadapNya. tetesan air hujan itu masih terlihat membasahi tanah-tanah di sekitar.Pelan langkah demi langkah, dia arahkan ke ruang dengan interior tulisan arab dari luar ruang itu, orang-orang pun beranjak ke tempat dimana peraduan itu mulai disampaikan.

Untuk Guru Indonesia


Assalamualaikum Wr. Wb.

dan salam sejahtera

Indonesia aku berteriak
kemana tempatku harus berpijak
Indonesia aku bersimpuh
bertanya peluh darah yang terus mengalir di dada

Wahai patriot bangsa yang terdzalimi
tiada lagi yang ingin membasuh negeri dengan penerang
tiada lagi mereka yang ingin mengalir layaknya sayyidina Ali
tiada lagi pahlawan suci yang akan hadir di tengah dunia gemerlap saat ini
harus berteriak kemana para pejuang tanpa tanda jasa
saat semua diperdagangkan hanya demi secuil rupiah

Oh..........................
negeriku yang mulai buta
negeriku yang mulai tuli
mulai bermain dengan materi
buka pintu nurani
harus bagaimana negeri ini

Sahabat-sahabatku rakyat Indonesia sejati.
Aku perkenalkan blog ini dengan judul "The Indonesian's Teacher Club". tertatih-tatih ingin kucurhatkan apa yang ingin mereka katakan. "Pahlawan tanpa tanda jasa" begitulah kata bijak menyebutnya. Sosok mereka yang memberikan penerang bagi Indonesia, yang membangun Indonesia dari kebutaan, yang membangkitkan semangat '45 berkobar. Namun, mereka harus berpeluh darah mengayun hidup yang saat ini mereka rasakan. Mereka tak pernah mengeluh di saat hak dan kewajiban mereka di sepelekan. Sungguh negeriku kini hilang dan buta. Dunia hiburan kini membudaki mereka.

kemanakah mereka harus melangkah?
sedang hak-hak mereka belum terjamah
kemanakah perjuangan mereka harus ditumpahkan?
sedang keadilan tiada pernah menitih di tangan mereka

Blog ini saya buat untuk para guru Indonesia, untuk perjuangan yang mereka buat, untuk penerang yang ingin mereka ciptakan, untuk Ilmu yang terus mereka alirkan, dan untuk jerih payah yang mereka usahakan walaupun mereka tak terjamah oleh kesejahteraan dan keadilan hak.

Ironis sekali negeri ini, begitulah saya berkata sebagai penulis yang baru belajar menyusun kata menjadi mahkota. sedikit sekali dari penghujung barat negeri sampai ke penghujung timur negeri yang ingin mengangkat cita-citanya menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Apa kata mereka?
"jadi guru hanya buang-buang waktu" satu berkata,
"jadi guru gak bakal kaya-kaya" yang lain berkata
dan banyak lagi komentar lainnya. saya mengakui semua itu. Namun, ada hal penting di balik menjadi guru yaitu ketenangan batin dan ketulusan menjalani kehidupan.

Guru Indonesia, Mari kita berdoa
Ya Allah, Ya Tuhan yang Maha Esa
tiada langit kau topang kecuali untuk memperelok panorama dunia
tiada bumi kau ciptakan kecuali untuk menopang umat manusia
tiada segala sesuatu di dunia Kau ciptakan kecuali untuk memberitahukan keagunganMu yang Esa

Ya Tuhan yang Maha Esa
kami curhatkan segelintir kata yang sulit kami minta
namun, Engkau Maha segala-galanya
sehingga hanya pada Engkaulah
kutadahkan tangan ini

Ya Tuhan.........
kemana negeriku harus kubawa
di saat mereka mengacuhkan pahlawan-pahlawannya
yang membawa penerang bagi kehidupan bangsanya

ya Tuhan........
salahkah jika kami beranjak dari gelap menjadi benar
atau bahkan kami berusaha menerangi sesuatu yang gelap
Namun, hanya kepada Engkaulah kami mensyukuri nikmat
dan hanya pada Engkaulah jasa kami kan kembali

Teriakku "Indonesian's Teacher Club". 
Jaya Indonesiaku!

Pendidikan


 Pendidikan merupakan salah satu faktor diakuinya dunia sebagai negara yang bermartabat. Pendidikan akan mendukung semua sektor baik yang riil ataupun non riil. kepemimpinan, keprofessionalan, dan kedewasaan rakyat suatu negara hanya akan terpenuhi jika pengenalan dan kesadaran akan pendidikannya tinggi. Tahun ke tahun, Indonesia dengan pemerintahan yang juga pula silih berganti mengubah peraturan demi aturan disesuaikan dengan ruang dan zaman pemerintahan itu berkuasa sehingga eksistensi pendidikan masih belum bisa menjamah daerah-daerah tertentu di Indonesia. Padahal, akses pendidikan harusnya sudah harus dijamin jangkauannya oleh pemerintah sesuai dengan konstitusional kita yaitu UUD 1945 " mencerdaskan kehidupan bangsa". terwujudnya kecerdasan bangsa ini akan memiliki efek yang sangat signifikan terhadap kelangsungan masa depan negeri ini.

             Jika kita mencoba browsing di internet tentang Human Development Index (indeks pembangunan manusia) indonesia, maka kita akan mendapatkan informasi yang sangat mengejutkan yaitu 124 pada tahun 2011 dan ini turun 14 peringkat dari tahun 2010. Peringkat ini menegaskan bahwa pemerintahan Indonesia yang berperan dalam merencanakan dan mengatur sistem pembangunan negara ini bisa dikatakan gagal. hal ini terjadi karena koordinasi masyarakat mulai tingkat yang paling bawah sampai ke pemerintah pusat masih minim dan lemah. selain itu, penyebabnya karena ekonomi masyarakat yang bisa dikatakan masih rendah sekali dari layak. 

        permasalahan Indonesia tidak hanya di situ saja, perkembangan tentang penguakan korupsi dimana hampir dari ruang sempit pemerintahan terganjar kasus korupsi sejak pembaharuan struktural KPK (Komisi pemberantasan korupsi) itu diubah -saat ini dipimpin oleh Abraham Samad. Upaya untuk memberantas korupsi semakin gencar dan tidak tanggung-tanggung upaya ini akan menjerat beberapa menteri di kabinet Indonesia bersatu jilid 2. Ironis dan menyakitkan bagi rakyat. 

         formulasi dan perumusan pembangunan di era reformasi ini didesain dengan asas demokrasi. Namun, kenyataannya kedemokrasian itu hanya terpeta-petakan pada daerah tertentu. pembangunan dipusatkan pada daerah-daerah tertentu dimana daerah lain diserpihkan dan tidak terurus sistem yang ada. Maka, kegagalan ini dapat diubah dengan tindakan serius mengubah paradigma rakyat Indonesia tentunya dengan pendidikan.

         pendidikan saat ini mulai mengalami banyak reformasi semisal sesuai UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. sesuai UU tersebut, guru diharuskan memiliki kelayakan keprofessionalan. tujuan dari UU No 14 tahun 2005 ini sebenarnya bukan untuk memaksakan guru memperoleh kualifikasi yang proporsional namun untuk meningkatkan beberapa hal seperti gambar di bawah ini.

Gambar. 1. Implementasi UU No 14 tahun 2005 disalin dari presentasi direktorat propesi pendidik kementerian Nasional


         Tujuan di atas di dasarkan atas keinginan pemerintah agar indeks pertumbuhan masyarakat indonesia lebih meningkat, namun tidak keluar dari tujuan utama yaitu meningkatkan pendidikan itu sendiri. untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan akses layanan pendidikan itu, pemerintah mulai giat membuat peraturan pemerintah, peraturan mendiknas dan lain-lain. Namun, tetap saja semua itu terkendala karena masalah akses informasi dan keegoisan beberapa pihak yang tidak terlalu mendukung program yang sebenarnya mulia ini.

        UU No 14 2005 ini juga terkadang dipersepsikan sebagai cambuk oleh sebagian guru padahal unsur dari UU di atas bertujuan kembali pada guru sesuai bagan di atasTahun demi tahun, UU itu bergulir tanpa sebuah solusi buktinya masih banyak guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi itu karena keterbatasan akses informasinya dan lemahnya koordinasi. Untuk solusi itu, Pemerintah-mendiknas- membuat permen baru pada tahun 2008 yang termaktub dalam permendiknas no 58 tahun 2008 tentang "penyelenggaraan program sarjana kependidikan bagi guru dalam jabatan". penyelenggaraan ini hanya ditujukan untuk guru PNS dan tetap yayasan. Perkuliahannya pun dilaksanakan dengan jarak jauh selayaknya UT (universitas terbuka). Namun, yang lebih proporsional dari program ini adalah perkuliahan yang dilaksanakan dengan kredit semester yang cepat tapi tidak menghilangkan unsur yang paling utama adalah kompetensi guru. kredit semester dinilai melalui PPKHB terlebih dahulu dimana penialian itu akan memunculkan kredit semester yang akan ditempuh oleh mahasiswa itu. 65% dari pengalaman hasil belajar itu akan memperpendek masa studi itu sendiri.

       Akhirnya, pada tahun 2009 pemerintah menetapkan LPTK yang boleh melaksanakan PSKG sesuai dengan Kepmen no 15/p/2009. menurut data tahun 2009, setidaknya terdapat 1,5 juta guru yang tersebar di seluruh Indonesia yang belum memenuhi kualifikasi guru professional sehingga langkah ini merupakan solusi untuk mempercepatan peningkatan kualifikasi dan memperluas layanan pendidikan karena PSKG tidak terbatas oleh domisili. Namun, multi tafsir tentang Permendiknas no 58 tahun 2008 bermunculan dimana klaim beberapa LPTK penyelenggara di daerah tertentu menyetakan bahwa lintas propinsi itu tidak diperbolehkan oleh Permen tersebut sehingga ini menghambat pula percepatan peningkatan kualifikasi guru ini (pengalaman pribadi). Di daerah tertentu, masih mengandalkan sistem kediktatoran padahal akses pendidikan ini sudah disesuaikan dengan rambu-rambu PSKG itu sendiri. Surat edaran DIKTI tentang penegasan permendiknas no 58 tahun 2008 pun keluar dimana DIKTI tidak menyinggung sama sekali tentang domisili penyelenggaran selain itu Permendiknas no 20 tahun 2011 pasal 5 ayat 2 juga menyatakan bahwa perkuliahan di luar domisili untuk PSKG (program sarjana kependidikan bagi guru) diperbolehkan selama memiliki MoU dengan Bupati (edaran DIKTI 2011).

          Penyelenggaraan Perkuliahan kelas jauh yang dahulunya dilarang sesuai permen no 107/U/2001 saat ini sudah diperbolehkan. Namun, terdapat perbedaan aturan dimana saat ini pendidikan jauh ini disebut "perkuliahan jarak jauj". Untuk mengadakan kuliah jarak jauh-PPJ, pihak LPTK harus meminta izin terlebih dahulu kepada menteri. permen yang mengatur perkuliahan jarak jauh ini baru-baru ini dikeluarkan oleh mendiknas yaitu permendiknas no 24 tahun 2012 dan mencabut permen no 107/U?2001.

       Reformasi ini perlu kita apresiasi karena dengan begitu akses layanan pendidikan akan terpenuhi terutama bagi daerah-daerah tertinggap 3T. Dengan akses ini, diharapkan rakyat bisa memahami dan pemerintah di daerah-daerah pula bisa merealisasikan aturan itu agar rakyat ini tidak terbatasi dalam mencari pendidikan setinggi-tingginya karena pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.


Senyum Dahlan Hadapi Politisi DPR, Oase ‘Ganti Hati’


Senyum Dahlan Hadapi Politisi DPR, Oase ‘Ganti Hati’
Dahlan: ‘’Karena itu, saya akan mengabdikan diri saya untuk bangsa. Saya sudah tidak butuh apa-apa lagi’’. dok ist
LENSAINDONESIA.COM: Polemik Menteri Dahlan Iskan bikin edaran ke direksi BUMN, melarang memberi upeti anggota DPR RI, termasuk sensasi laporan BPK soal kerugian PLN, rupanya jauh lebih ‘seksi’ dibanding ‘ribut-ribut’ masalah laporan BPK terkait hasil audit kasus Hambalang.
Lantas, apa komentar Dahlan Iskan ketika diwawancarai wartawan Metro TV soal upeti ke DPR? Ternyata, ia siap membeberkan, asalkan diminta DPR. “Tapi, saya sebenarnya tidak punya niatan seperti itu,” kata Dahlan seraya senyum.
Senyuman Dahlan di Metro TV itu pun dilihat rakyat Indonesia, yang menyaksikan teve milik politisi ‘gaek’ Surya Paloh. Senyumnya tidak menyiratkan ‘permusuhan’. Sebaliknya, senyumannya seolah mencerminkan suasana ‘hati’ baru yang bersahabat. Faktanya, dia mempertegas –dengan mempertajam aksentuansi– tidak punya niatan membeberkan tadi.
Sebagai teman sesama wartawan, saya tidak bermaksud membela Dahlan. Tapi, saya bertanya-tanya, mungkinkah polemik keras Dahlan dengan para politisi di DPR RI belakangan ini, berpengaruh terhadap kesehatan ‘hati’-nya?
Lima tahun lalu, Dahlan memang berhasil dengan sukses melakukan operasi ganti hati. Agustus 2012, hati baru Dahlan dianggap sudah bisa menyatu dengan tubuhnya. Tidak ada penolakan sama sekali. Secara medis, Dahlan dinyatakan sangat sehat.
Nah, umur panjang yang dianugerahkan Tuhan kepada Dahlan, tentu anugerah bagi dia sendiri dan juga bagi bangsa Indonesia, karena kini dia diberi amanah sebagai menteri. Terbukti, Dahlan mampu memberikan suasana baru dan harapan baru di tengah-tengah ketidakberdayaan bangsa ini bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Kesembuhan total Dahlan, dianggap sebagai karunia dan ’’mukjizat’’ yang luar biasa. Dahlan seperti ‘’terlahir kembali’’ sebagai manusia baru, yang cocok dengan zaman ini. Bonus kesehatan dan usia yang kini mencapai 61 tahun, dianggap Dahlan sebaga bonus dari Yang Mahakuasa.
‘’Karena itu, saya akan mengabdikan diri saya untuk bangsa. Saya sudah tidak butuh apa-apa lagi,’’ tegasnya dalam berbagai kesempatan.
Pada saat dia melakukan operasi ganti hati di China, Dahlan berjanji pada dirinya. Jika nanti dia berhasil operasi ganti hati dan diberi kesembuhan, dia akan berhenti total dari bisnis dan aktvitas keduniawian. ’’Saya hanya akan mengurusi tiga hal. Yakni, mengurus pesantren peninggalan keluarga saya, jadi guru bagi wartawan dan menulis,’’ katanya.
Tiga hal itu memang tetap dan terus dilakukan Dahlan. Pesantren peninggalan keluarganya terus dibangun dan dikembangkan. Bahkan, beberapa waktu lalu, pesantrennya telah melakukan kerja sama dengan Al Irsyad Singapura.
Begitu juga kegiatan menulis dan menjadi guru bagi wartawan, tetap dilakukan secara terus menerus. Paling tidak, tiap Senin Dahlan menulis dengan tajuk ‘’Manufacturing Hope,’’ yang dimuat di surat-surat kabar grup Jawa Pos.
Rupanya, meski Dahlan punya rencana tiga hal tadi, faktanya Tuhan menghendaki lain. Setelah jadi Dirut PLN, dia mendapat amanah menjadi Menteri BUMN.
Saya paham betul, Dahlan memiliki relijiusitas cukup tinggi. Bisa jadi, sebagai bentuk syukur terhadap kesembuhan dan kesehatannya yang prima, Dahlan terus menggelorakan kerja, kerja, kerja. Ia pun tak kenal lelah, siang-malam terus berjalan dan bekerja untuk memajukan sebanyak 141 perusahaan di bawah BUMN. ‘’Saya akan terus berkerja dan bekerja untuk bangsa,’’ tandas Dahlan.
Semboyan dan paradigma Dahlan memang amat sesuai dengan zaman ini. Bekerja tak kenal lelah dan bekerja tanpa mempedulikan penilaian orang. Bagi dia, ini adalah bagian dari ibadah nyata untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Usia panjang dan karunia kesehatan yag diberikan Allah kepadanya, merupakan bonus yang amat luar biasa nilainya.
Dahlan seperti terlahir kembali sebagai anak zaman. Banyak pihak yang menyatakan bahwa bonus kesehatan dan usia panjang bagi Dahlan, memang merupakan karunia Allah agar mengabdi lebih jauh terhadap bangsa ini.
Kalau melihat kondisi penyakit Dahlan lima tahun lalu, mustahil dapat disembuhkan. Tapi, Tuhan memberikan yang terbaik kepada Dahlan, dan tentu buat menjalankan amanah pada bangsa ini. Munculnya seorang Dahlan Iskan, ikut mengelola negeri ini diharapkan bisa berkontribusi menggapai kemajuan dan menambah kemakmuran.
Dilihat sepintas, sosok Dahlan mampu membangun optimisme baru bagi bangsa ini. Dahlan adalah oase. Saat bangsa ini kehausan, dia bisa menjadi telaga air yang mampu menyegarkan tenggorokan, walau hanya sementara. Dahlan juga mampu membangkitkan semangat baru, bahwa masa depan bangsa ini tetaplah cerah. Sepuluh atau 15 tahun lagi Indonesia akan menjadi negara maju!
Bagi saya pribadi, Dahlan adalah sebuah sosok wartawan yang unik dan fenomenal, yang sangat cocok dengan zaman ini. Dia pekerja keras, tak kenal waktu, punya banyak gagasan, egaliter, gampang diajak diskusi, mau menerima pendapat orang, nyeleneh, bisa ditemui di mana saja, dan tetap wartawan meski sudah jadi menteri. Dan, Tak pernah bersikap layaknya ‘big boss’ yang senantiasa bersikap ‘dingin’. Sebaliknya, saat sekarang jadi menteri, Dahlan tetap bersahaja, bahkan ‘senyum’-nya nyaris tak berubah.
Dahlan adalah oase dari sedikit oase di negeri ini. Pada saat alur bangsa ini tertatih-tatih, dan terhempas sejenak di sebuah gurun pasir yang tandus, kita menemukan sebuah oase baru. Mata air di padang pasir. Meski kita hanya minum seteguk, sekedar membasahi tenggorokan, hilanglah rasa haus ini, meski hanya sementara.
Seorang Dahlan –dalam sebuah mindset tertentu– mampu membangun mimpi-mimpi baru, di tengah suasana yang hopless. Tak punya harapan bisa lebih baik lagi. Hanya mimpi-mimpi buruk yang selalu menghiasi tidur. Itu pun kalau tidurnya bisa nyenyak. Di sisi lain, kita tak melihat ada banyak terobosan untuk menghindar dari cengkeraman kegalauan global.
Para menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu jilid II hampir tak pernah kedengaran ada yang ber-’nyali’ tangguh melawan ‘arus’ besar, gerusan dinamika politik ‘labirin’ makro dan mikro.
Di tengah-tengah situasi yang demikian, Presiden SBY berinsting tepat menunjuk seorang Dahlan Iskan menjadi pembantunya sebagai Menneg BUMN. Di mana pun dan kapan pun, Dahlan selalu menggelorakan semangat dan optimisme baru.
Sebagai menteri berlatar belakang wartawan, dan bukan kader parpol tertentu, Dahlan seperti paham bahwa dalam menjalankan amanah mengelola perusahaan-perusahaan besar milik negara, tidak cukup mengandalkan emprisnya sebagai wartawan dan pengalaman melahirkan dan mengelola jaringan media besar di Indonesia.
Bisa jadi itu, Dahlan rajin menjelajah belasan kampus di Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Jogjakarta, Semarang, hingga Medan dan Banda Aceh. Dia sengaja menyerap dan menularkan virus kerja kerja kerja kepada kalangan akademisi, khususnya para mahasiswa dan pemuda Indonesia.
Pada saat dia menjadi Dirut PLN, semangat kerja kerja kerja mulai diperkenalkan. Dahlan berhasil. PLN yang sebelumnya terus dicaci rakyat, karena byar-pet dan tak mampu menerangi seluruh wilayah Indonesia, kemudian berganti ‘spirit’ baru, ‘melegakan’, dan terus terang dan terang terus.
Tertundanya support energi gas menggantikan BBM, yang mengancam Jakarta padam, misalnya, akhirnya teratasi. Meski pun baru saat setelah dia setahun tak lagi menjadi Dirut PLN, Komisi DPR mempersoalkan hasil audit BPK, terkait kerugian PLN Rp 37 Triliun. Tapi, gebrakan-gebrakan Dahlan di PLN itu, malah diakuinya mestinya rugi Rp 60 Triliun sampai Rp 70 Triliun.
Memang, belum genap dua tahun menjadi komandan PLN, Dahlan sudah dipercaya Presiden SBY menjadi Meneg BUMN. Meski berkali-kali dia menyatakan tak menginginkan jabatan menteri, karena ingin menuntaskan tugasnya di PLN, takdir memang menaikkan ‘amanah’-nya. (bersambung)