Jumat, 26 Oktober 2012

Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat. Di pundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak seorang guru dan bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orangtua anak didik yang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan? Pertanyaan penting ini harus dijawab terlebih dulu sebelum membahas persoalan ini lebih jauh.
Orangtua memang mendapatkan amanat langsung dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Di hadapan Tuhan kelak para orangtua juga akan dimintai pertanggungjawaban tentang bagaimana cara mereka mendidik anak-anaknya. Namun, karena kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki oleh orangtua terbatas, sebagian besar orangtua memercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-gurunya di sekolah.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru di sekolah semakin berat karena tidak sedikit dari orangtua yang seakan memercayakan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya di sekolah. Mereka beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab orangtua adalah bekerja dan bekerja, sehingga mempunyai uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, termasuk biaya sekolah. Bahkan, tidak sedikit orangtua yang berusaha dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat sekolah di tempat yang favorit, meskipun biayanya mahal.
Orangtua yang demikian biasanya telah merasa bahwa tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan anak-anaknya telah selesai. Mereka percaya sepenuhnya bahwa pihak sekolah telah mendidiknya dengan baik, sehingga merasa tak perlu lagi mengontrol pendidikan anaknya ketika di rumah. Sungguh, anggapan yang seperti itu tidaklah benar. Orangtua tetap bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya secara keseluruhan. Sedangkan guru bertanggung jawab karena mendapatkan amanat dari orangtua untuk mendidik anak-anak mereka, di samping merupakan tanggung jawab kemanusiaan.
Di sinilah sesungguhnya tugas dan tanggung jawab guru menjadi tidak main-main. Amanat dari para orangtua untuk mendidik anak-anaknya mesti ditunaikan dengan baik. Tidak sekadar mengajar, akan tetapi juga mendidiknya. Dengan demikian, seorang guru bisa dikatakan sebagai orangtua kedua bagi anak didiknya. Sebagai orangtua kedua, sudah tentu dibutuhkan kedekatan dengan anak didiknya agar berhasil dalam menjalankan tugas penting dan mulia ini.
Ya, kedekatan dengan anak didik adalah kunci penting bagi seorang guru bila ingin sukses dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Tanpa kedekatan, tugas dan tanggung jawab itu akan sulit dapat terlaksana dengan baik, karena anak didik bukanlah robot yang siap menerima program apa pun dari orang yang membuat atau mengoperasikannya. Anak didik adalah pribadi yang mempunyai jiwa. Sudah tentu, menghadapi pribadi yang mempunyai jiwa dibutuhkan kedekatan di antara dua jiwa agar komunikasi dalam proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Di antara kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:
 
a. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari segala sesuatu dengan alat-alat berpikir. Kecerdasan intelektual ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Alfred Binet, seorang tokoh psikologi dari Prancis.
Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang tampaknya menjadi primadona dan dikembangkan dengan porsi lebih besar di hampir seluruh sekolah formal di dunia, termasuk di Indonesia. Seorang anak didik mendapatkan nilai baik atau tidak, naik kelas atau lulus sekolah, sangat ditentukan oleh nilai dari kecerdasan intelektualnya. Di sinilah seorang guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan intelektual dengan baik, di samping juga mengembangkan kecerdasan yang lainnya.
 
b. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional biasa disebut Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur sebuah hubungan sosial. Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun porsinya jauh di bawah kecerdasan intelektual. Padahal, menurut beberapa penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi, termasuk menurut Daniel Goleman, bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20%, dan sisanya yang 80%, ditentukan oleh sederetan faktor yang disebutnya sebagai kecerdasan emosional. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang bisa mengembangkan kecerdasan emosional murid-muridnya.
 
c. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual atau yang biasa juga disebut sebagai Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri, sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar.
Dalam beberapa penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi, kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting. Hal ini karena terkait erat dengan kebahagiaan hidup seseorang. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan mampu memaknai secara positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan demikian seseorang akan lebih mudah meraih kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya sangat penting bagi seorang guru untuk bisa mengembangkan kecerdasan spiritual anak didiknya.

Ketiga macam jenis kecerdasan yang ada pada diri anak tersebut sangat perlu untuk diperhatikan oleh seorang guru, sehingga kecerdasan anak-anak secara keseluruhan pun dapat berkembang dengan baik. Secara garis besar, inilah tugas dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.

Tidak ada komentar: